TRANSFORMATOR
Transformator atau sering juga
disebut trafo adalah komponen elektronika pasif yang berfungsi untuk mengubah
(menaikkan/menurunkan) tegangangan listrik bolak-balik (AC). Bentuk dasar
transformator adalah sepasang ujung pada bagian primer dan sepasang ujung pada
bagian sekunder. Bagian primer dan
skunder adalah merupakan lilitan kawat email yang tidak berhubungan secara
elektris. Kedua lilitan kawat ini dililitkan pada sebuah inti yang dinamakan
inti trafo. Untuk trafo yang digunakan pada tegangan AC frekuensi rendah
biasanya inti trafo terbuat dari lempengan2 besi yang disusun menjadi satu
membentuk teras besi. Sedangkan untuk trafo frekuensi tinggi (digunakan pada
rangkaian2 Radio Frequency/RF) menggunakan inti ferit (serbuk besi yang dipadatkan).
Pada penggunaannya trafo juga
digunakan untuk mengubah impedansi.
Untuk trafo frekuensi rendah contohnya adalah trafo penurun tegangan (Step Down Trafo) yang digunakan pada peralatan2 elektronik tegangan rendah, adaptor, pengisi battery dsb. Trafo jenis ini jika pada bagian primernya kita hubungkan dengan tegangan AC misalnya 220 volt maka pada bagian skundernya akan mengeluarkan tegangan yang lebih rendah. Pada rangkaian tersebut trafo berfungsi untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala PLN yang 220 volt menjadi sebesar tegangan yang dibutuhkan peralatan tersebut agar dapat bekerja normal, misalnya 3 volt, 6 volt atau 12 volt dsb.
Untuk trafo frekuensi rendah contohnya adalah trafo penurun tegangan (Step Down Trafo) yang digunakan pada peralatan2 elektronik tegangan rendah, adaptor, pengisi battery dsb. Trafo jenis ini jika pada bagian primernya kita hubungkan dengan tegangan AC misalnya 220 volt maka pada bagian skundernya akan mengeluarkan tegangan yang lebih rendah. Pada rangkaian tersebut trafo berfungsi untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala PLN yang 220 volt menjadi sebesar tegangan yang dibutuhkan peralatan tersebut agar dapat bekerja normal, misalnya 3 volt, 6 volt atau 12 volt dsb.
Sementara itu trafo penaik tegangan
(Step Up Trafo) adalah kebalikan dari step down trafo yaitu untuk menaikkan
tegangan listrik AC. Sebuah trafo penurun tegangan bisa juga kita gunakan untuk
menaikkan tegangan dengan membalik bagian primernya menjadi skunder dan bagian
skunder menjadi primer, tentu dengan memperhatikan tegangan kerja trafo
tersebut. Contoh penggunaan trafo penaik tegangan adalah pada rangkaian
emergency light/lampu darurat yang menyala saat PLN padam dan UPS pada PC.
Prinsip kerjanyanya adalah tegangan DC (searah) yang berasal dari battery
diubah menjadi tegangan AC (bolak-balik) lalu dinaikan menjadi 220 volt oleh
trafo sehingga mampu menyalakan lampu atau PC di saat PLN padam.
Prinsip trafo penurun tegangan
adalah jumlah lilitan primernya lebih banyak dari pada jumlah lilitan
skundernya. Sedangkan trafo penaik tegangan memiliki jumlah lilitan primer lebih
sedikit dari pada jumlah lilitan skundernya. Jika dilihat dari besarnya ukuran
kawat email yang digunakan, trafo penurun tegangan memiliki ukuran kawat yang
lebih kecil pada lilitan primernya. Sebaliknya trafo penaik tegangan memiliki
ukuran kawat yang lebih besar pada lilitan primernya. Hal ini dikarenakan pada
trafo penurun tegangan out put (keluaran) arus listriknya lebih besar,
sedangkan trafo penaik tegangan memiliki out put arus yang lebih kecil.
Sementara itu frekuensi tegangan pada in put dan out putnya tetap (tidak ada
perubahan). Parameter lain adalah efisiensi daya trafo. Dalam kinerjanya trafo
yang bagus memiliki efisiensi daya yang besar (sekitar 70-80%). Daya yang
hilang biasanya keluar menjadi kalor/panas yang timbul pada saat trafo bekerja.
Trafo yang memiliki efisiensi tinggi dibuat dengan teknik tertentu dengan
memperhatikan bahan inti trafo, kerapatan lilitannya serta faktor2 lainnya.
Untuk mengetahui sebuah trafo masih
bagus atau sudah rusak adalah dengan menggunakan AVO meter. Caranya posisikan
AVO meter pada posisi Ohm meter, lalu cek lilitan primernya harus terhubung.
Demikian juga lilitan sekundernya juga harus terhubung. Sedangkan antara
lilitan primer dan skunder tidak boleh terhubung, jika terhubung maka trafo
tersebut konslet (kecuali untuk jenis trafo tertentu yang memang didesain
khusus untuk pemakaian tertentu). Begitu juga antara inti trafo dan lilitan
primer/skunder tidak boleh terhubung, jika terhubung maka trafo tersebut akan
mengalami kebocoran arus jika digunakan. Secara fisik trafo yang bagus adalah
trafo yang memiliki inti trafo yang rata dan rapat serta jika digunakan tidak
bergetar, sehingga efisiensi dayanya bagus. Dalam penggunaannya perhatikan
baik2 tegangan kerja trafo, tiap tep-nya biasanya ditulis tegangan kerjanya
misalnya pada primernya 0V - 110V - 220V, untuk tegangan 220 volt gunakan tep
0V dan 220V, sedangkan untuk tegangan 110 volt gunakan 0V dan 110V, jangan
sampai salah atau trafo kita bakal hangus! Dan pada skundernya misalnya 0V - 3V
- 6V - 12V dsb, gunakan 0V dan tegangan yang diperlukan. Ada juga jenis trafo
yang menggunakan CT (Center Tep) yang artinya adalah titik tengah. Contoh
misalnya 12V - CT - 12V, artinya jika kita gunakan tep CT dan 12V maka besarnya
tegangan adalah 12 volt, tapi jika kita gunakan 12V dan 12V besarnya tegangan
adalah 24 volt.
Besarnya arus listrik yang bisa di
supply oleh sebuah trafo biasanya juga dicantumkan misalnya 0.5 Amp, 1 Amp, 5
Amp dsb. Sesuaikan dengan kebutuhan jika membeli atau menggunakannya agar bisa
berfungsi normal dan efisien.
Jenis2 trafo yang lain adalah trafo
OT(Output Trafo) dan IT(Input Trafo). Trafo jenis ini banyak digunakan pada
peralatan audio. Untuk trafo frekuensi tinggi mungkin nanti akan kita bahas
pada bagian Radio Frekuensi (RF) karena penggunaannya lebih banyak dalam
rangkaian2 RF.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar